Life is unexpected in many ways.
Waktu kecil, saya setiap hari Minggu nonton Doraemon cuma buat bela-belain membayangkan kehidupan di Jepang. Beberapa belas tahun kemudian, saya benar-benar menginjakkan kaki saya di tanah Doraemon. Saya cuma bisa bilang: kakimu boleh menginjak tanah, tapi mimpimu harus luas dan tinggi menembus langit. :D
Saya ke Jepang sebagai peserta penerima beasiswa JASSO Scholarship di Kumamoto University. Yak! Saya tinggal di Kumamoto, daerah Kyushu, selama tiga bulan ke depan.
Kedatangan di Kumamoto ini bukan jalan singkat yang lurus, dalam segala maksud. Persiapan-persiapan administratif, pertimbangan ini-itu, persiapan fisik, mental, dan sebagainya juga sudah cukup menguras banyak hal. Untuk ikut program ini, saya harus cuti satu semester dan menunda keinginan-keinginan yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Yes, you lose some when you get some. Nggak boleh serakah. Jadi, "lose some - get some" ini nggak jadi masalah besar.
Persiapan sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, begitu saya menerima pengumuman. Pengurusan cuti kuliah, visa, surat-surat, dan lain-lain sempat membuat saya stres. Untungnya, saya nggak sendirian. Ada beberapa teman yang juga diterima. Jadi, hampir semuanya kami urus berbarengan.
Perjalanan ke Kumamoto yang saya dan teman-teman saya pilih adalah perjalanan murah. Maklum, untuk tiket PP masih ditanggung biaya sendiri. Jalur yang kami pilih adalah Surabaya-KL-Osaka-Fukuoka-Kumamoto, yang harusnya bisa diselesaikan dalam waktu 22 jam. Tapi karena delay dari KL ke Osaka, semua rencana berantakan dan harus menyusun ulang siasat. Akhirnya, kami berhasil tiba di Kumamoto setelah 29 jam. Inilah pentingnya rencana yang matang. Harus ada alternatif-alternatif yang dibayangkan supaya nggak kelabakan ketika salah satu rencana nyaris gagal dan mengganggu yang lainnya. Ah iya, karena berantakannya rencana awal ini, kami juga jadi harus merepotkan keluarga PPIJ Kumamoto. (mohon maaf, senpai-senpai).
Pandangan pertama di Kumamoto? Kota kecil. Jangan bayangkan Tokyo yang sering kita lihat di televisi yang sibuknya setengah mati dan orang nyaris "kekurangan" waktu. Di sini, kehidupan berjalan seperti yang saya lihat di kartun Doraemon dulu. Ada suara gagak waktu sore (walaupun di sini gagak berkoak 24 jam), ada rumah-rumah berhalaman mirip rumahnya Shin-chan, dan semua orang menikmati setiap peran dan pekerjaannya. Yang belum saya temukan cuma toko buku kecil yang ada kakek-kakek membawa kemoceng dan marah-marah setiap kali Nobita membaca buku gratis di tokonya.
Hari pertama kedatangan, setelah perjalanan yang melelahkan, saya memaksa diri untuk berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Jarak asrama ke kampus sekitar 1.6 km, dengan jarak tempuh normal 20-30 menit dengan berjalan kaki, atau sekitar 5-10 menit dengan sepeda (bukan pilihan buat saya yang nggak bisa naik sepeda), atau 5 menit dengan bus lokal dengan waktu tunggu antara 5-8 menit di hari kerja.
Untuk mendampingi saya selama di Jepang, kampus menunjuk satu orang sebagai tutor saya. Tutor saya bernama Zou, mahasiswi S3 tahun ketiga dari Cina. Zou orang yang baik dan cekatan. Hari pertama, di membawa saya bertemu profesor yang menjadi supervisor saya, mengunjungi lab, dan membawa saya ke balai kota untuk pengurusan ijin tinggal. Hari kedua, dia membawa saya ke bank untuk membuka rekening dan mengurus beberapa pembayaran. Di hari kedua juga kami mencari alternatif ponsel untuk saya pakai selama di Jepang. Urusan ponsel ini cukup rumit. Ujung-ujungnya, saya harus menunggu kabar sekitar 10-14 hari untuk mendapatkan sebuah ponsel prabayar.
Setelah urusan-urusan ini beres, saatnya untuk sedikit bersenang-senang. Tanggal 6 Oktober kemarin, organisasi yang bernama YWCA mengadakan bazaar barang murah. Harganya juga benar-benar murah! Untuk jaket yang masih dalam kondisi sangat bagus, mereka menjual dengan harga JPY 50 alias IDR 6,250. Sepatu, ada yang digratiskan. Banyak juga barang yang boleh diambil sesukanya. Dengan ini, resmi sudah bazaar YWCA menjadi acara yang palng disukai pendatang di Kumamoto, terutama mahasiswa. Acara ini berlangsung tiap minggu pertama setiap bulan. Bulan depan, sepertinya saya akan berburu baju musim dingin.
Malamnya, saya dan teman-teman pergi ke festival lentera di sekitar Kumamoto Castle. Sangat menyenangkan melihat begitu kreatifnya orang Jepang untuk memanfaatkan ruang-ruang mereka. Untuk tiba di sini, kami memberanikan diri untuk jalan kaki sekitar 6 km. Hasilnya? Kaki gempor.
Tanggal 7 Oktober ini, ada festival yang diadakan oleh KIF untuk orang asing di Kumamoto. Acaranya? Pakai kimono dan minum teh. Ini akan saya ceritakan terpisah. Yang jelas, seharian ini saya benar-benar senang. Terbayar sudah perjalanan 29 jam.
So, folks! Here come my stories in Japan!
Minggu, 07 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar