Ini hari Sabtu ke-3 saya di Kumamoto. How's life? Great, as long as I can say. :)
BAGIAN 1 : KIMONO
Jadiii.. Tanggal 7 kemarin saya ikutan festival budaya yang diadakan KIF. Salah satu acaranya, pakai kimono, minum teh, bazaar, dan jalan-jalan di sekitar kastil. Kabarnya sih, gara-gara memasuki musim gugur, ada banyak festival yang diadakan se-Jepang.
Kimono. Rasanya belum afdol kalau ke Jepang tanpa nyobain baju adat yang keren ini. Tapi, di luar semua kebagusannya, pakai kimono ini ribetnya amit-amit. Mulai dari pakaian dalam yang harus diikat kencang, lapisan satu yang juga diikat kencang, sampai bagian luar. Belum lagi obi-nya. Obi ini, konon, jadi bagian paling penting yang nunjukin keahlian si penata busana. Waktu acara pasang kimono ini, mungkin ada sekitar 10 orang ibu-ibu yang masangin kimono buat orang asing. Waktu dress up-nya antara 30-60 menit. Nggak kebayang capeknya ibu-ibu itu. Dan mereka sabarnya luar biasa! Nggak pernah lepas dari senyum.
|
Ini mbak muti, lagi mau dipasangin obi. Masih jauh dari kata selesai. |
|
|
Ini ibu yang masangin kimono saya dan mbak muti. Beliau cekatan | banget. |
|
Anyway, pakai kimono itu urusan luar biasa. Luar biasa menakjubkan yang harus dibayar dengan luar biasa nggak nyamannya. Tapi harus saya akui, kimono membuat si pemakai bergerak lebih 'ayem' dan dipaksa untuk anggun, berdiri tegak, dan bergerak dengan sopan.
|
Saya dan kimono warna emas. :)) |
Setelah pakai kimono, saya dan mbak muti jalan-jalan ke luar gedung. Kami langsung ke pojokan yang ngadain percobaan minum teh a la jepang. Yey! Awalnya, kami dikasih kue madu yang manis banget, tapi enak. Saya pikir kue itu bisa disimpan untuk dimakan nanti. Ternyata, kuenya justru harus dihabiskan dulu, baru setelah itu teh hijaunya disajikan. Banyak yang bilang teh hijau tradisional rasanya nggak enak dan pahit. Ternyata enak! Yah, masalah selera juga, sih. :) Sayang, cuma disajikan sedikit dan nggak boleh minta nambah.
Selesai minum teh, kami jalan ke sekitar kastil, tepatnya ke area warung makan dan oleh-oleh. Area ini dirancang menyerupai kampung-kampung Jepang masa lalu. Di tengah-tengah area, ada plasa dan panggung terbuka yang jadi tempat penyanyi tradisional jepang dan grup musiknya tampil.
|
Pemusik tradisional. Photo credit to Mas Setyo. |
Waktu mau pulang dari kastil, saya dan teman-teman papasan dengan geisha. Saya melipir karena para geisha ini benar-benar anggun. :') Eh, tiba-tiba ada pelayan toko yang nawarin buat ngambilin foto saya dan teman-teman sama geisha-geisha cantik. Keliatan banget bedanya.
Kalau ada kesempatan pakai kimono lagi, saya bakal ikutan!!
|
With Kumamon!!! |
BAGIAN 2: PARTY!!
Salah satu yang sering saya dengar tentang orang Jepang: they work hard, and play harder. Oke, kita bahas tentang work hard-nya dulu.
Apa yang saya pelajari selama hampir tiga minggu di sini bukan lagi soal seberapa tepat waktunya orang Jepang. Itu sudah bukan rahasia. Yang lebih penting untuk diamati adalah komitmen mereka tentang sebuah pekerjaan. Jadi begini, selama program exchange ini, saya akan selalu kerja di lab. Begitu juga dengan teman-teman mahasiswa S1 tahun terakhir, S2 (mulai tahun pertama), dan S3. Memang nggak ada aturan yang pasti mengenai jam masuk atau kewajiban untuk hadir di lab. Tapi yang jelas, begitu mereka ada di lab, jarang sekali mereka melakukan hal-hal di luar pekerjaan mereka. Beda dengan syaa yang masih sering curi-curi waktu untuk main game, FB, atau Twitter. Cuma waktu istirahat mereka mulai bersantai. Setelah itu? Back to business, baby! Saya hampir nggak pernah melihat mereka bawa-bawa laptop dari rumah atau waktu pulang, yang artinya: semua pekerjaan mereka selesaikan di kampus. Cerdas! Mereka mengoptimalkan waktu bekerja di lab supaya tidak perlu membawa pekerjaan ke rumah. Ini yang belum bisa saya tiru.
Oke, itu secuplik tentang work hard. Semoga lain waktu saya ingat untuk membahas lebih dalam tentang ini lagi.
Play harder! Ini baru saya alami hari ini. Hari Sabtu, kampus sebenarnya libur. Tapi kebetulan lab Mizokami-sensei sedang punya acara. Joint seminar dengan Yokohama National University. Saya dan satu teman lab dari Indonesia diminta untuk datang. Untungnya ada 3 presentasi dalam bahasa Inggris, jadi saya nggak terlalu parah begonya.
Setelah seminar, sensei mengundang semua orang untuk makan-makan dan minum-minum di restoran kecil langganannya di dekat kampus. Ini acara ramah-tamah dengan kolega dari YNU sekaligus welcome party untuk dua international student yang baru bergabung dengan lab (saya dan mas dayat). Seperti yang saya lihat di komik-komik, orang Jepang selalu memulai pesta dengan "kanpai!!!" atau yang lebih familiar disebut dengan toast. Yang di-toast? Bir! Tapi saya dan Mas Dayat cuma minum Cola. :)
Setelah kanpai dan sambutan, masuk ke acara makan. Ini di-skip aja karena saya nggak banyak makan. Cuma sashimi (pertama kalinya) dan pizza tomat. Poin pentingnya adalah, mereka benar-benar suka berkumpul (kalau nggak mau dibilang berpesta), dan minum! Banyak yang mukanya sudah berwarna merah karena terlalu banyak minum, masih melanjutkan minum bir atau wine sampai yang mereka pesan habis. Tapi itupun mereka belum mabuk.
Di tengah-tengah acara, saya ngobrol dengan sensei. Tentang makanan, yang berujung pada: wasabi. Karena saya bilang saya belum pernah makan wasabi, beliau dengan baik hatinya minta wasabi sama pemilik restoran, dan menyuruh saya ngincipin.
Makasih banyak, Sensei! In any means. :'D
Idung saya rasanya mau lepas, tapi saya senang karena sensei super baik!
Di pesta ini, saya benar-benar melihat seberapa senangnya orang Jepang berkumpul. They really have a good time, and they want everyone in their party have a good time, too. Caranya? Memastikan semua orang pulang dengan perut yang kenyang dan hati yang senang.
Pulang dari welcome party, saya dan kawan-kawan lab pulang ke kampus, jalan kaki, sambil ngobrol. Mereka ternyata baik-baik. Anyway, semoga setelah ini jadi lebih akrab. Amin!
|
The boys!! |