Sabtu, 27 Oktober 2012

cold, culture, castle, committed shopper

Sabtu ke-4 di Kumamoto. Time flies, baby.


Paruh akhir bulan Oktober jadi hari-hari paling menantang buat saya karena satu hal: udara dingin. Saya suka hari-hari yang dingin. Seenggaknya, dingin untuk daerah tropis yang sekitar 20-23 derajat Celcius. Masalahnya, akhir-akhir ini, suhu di Kumamoto berkisar antara 8-20 derajat Celcius. 8 itu waktu dini hari yang untungnya, saya sudah berada dalam futon. Tapi, suhu antara jam 7-9 juga masih berkisar antara 13-17 derajat Celcius, and it's gonna get even colder in the next few weeks. Sip! Alamat hidung saya bakal menanggung derita karena nggak kuat dingin. Beraktivitas bakal susah (apalagi mandi), tapi bukan penghalang untuk tetap bersenang-senang.

what comes after the rain? the cold freezing day!!!

Hari Minggu lalu (21.10), saya dan pendatang-pendatang baru di Kumamoto ikut memeriahkan acara welcome party untuk mahasiswa asing se-prefektur Kumamoto. Ini pertama kalinya saya nari dalam 12 tahun terakhir. Saya nggak bakat nari, jadi cuma main nekat. Persiapan untuk acara ini bener-bener mepet. Mepet waktu dan persiapan. Latihan cuma satu minggu, properti seadanya hasil pinjam sana-sini dan buat sendiri sebisanya. Hasilnya? Apresiasi yang luar biasa dari pengunjung dan rektor Kumadai. Inilah kelebihan orang Jepang. Separah apapun penampilan yang kita bawakan, sekacau apapun, apresiasi dari mereka selalu luar biasa. Mereka menghargai setiap usaha yang dilakukan orang lain buat mereka. Apalagi untuk urusan-urusan budaya dan hiburan seperti ini.

latihan super mepet. x((

preparation at the dressing room. what a mess!!
after the show. yayy..!!

Cultural stuff yang saya hadapi minggu ini nggak cuma pas welcome party. Satu lagi waktu acara Idul Adha kemarin. Kalau biasanya saya sholat Ied di sekitar kampung yang notabene orang Indonesia semua, kali ini saya sholat Ied sama orang-orang dari negara lain, misalnya Bangladesh, India, Jepang, Arab, Malaysia, dll. Yah, meskipun kalau dilhat-lihat, orang Indonesia tetap lebih banyak. Yang seru, setelah sholat Ied, ada acara makan-makan, yang makanannya dibawa sendiri (potluck). Hasilnya? Ada nasi biryani, nasi kuning, kare, rendang, mie goreng, kue daging, acar, ayam goreng, sampai puding dan buah. Meskipun makannya sedikit-sedikit, yang penting semua kebagian. Kebersamaan semacam ini yang nggak semua orang pernah alami.

puding susu bikinan mbak muti, aisi, dan saya

acara makan bagian ibu-ibu. :)
cotton sugar made the whole day a real fun!

Nah, Sabtu ini, saya jalan-jalan ke Kastil Kumamoto. Udah banyak blog yang cerita tentang kastil ini. Dan kalau saya ceritakan ulang, hasilnya akan sama saja. Tapi yang jelas, saya salut sama orang Jepang dan pemerintahnya yang berkomitmen penuh untuk menyelamatkan aset mereka. Kastil ini sempat rusak dan dalam kondisi yang benar-benar parah. Rekonstruksi besar-besaran dikerjakan tahun 1996. Di dalam kastil ini ada bagian yang menceritakan proses konservasinya, yang membuat saya tertegun. "Coba Indonesia bisa kayak gini. Satu bangunan aja."



the giant castle

maket yang menggambarkan kastil dan sekitarnya di jaman Edo

maket 1:10 yang dibuat berdasarkan kondisi asli untuk keperluan rekonstruksi tahun 1996

Saking niatnya, ada bagian kastil yang punya satu ruangan berlapis emas. Waktu direkonstruksi, semua hiasan emasnya dibuat ulang. Meskipun cuma satu ruangan, bayangkan aja usaha yang mereka lakukan untuk menghadirkannya. Sayangnya ruangan emas ini nggak boleh bebas dimasuki.


ruangan emas yang bikin menganga

Bagian terbaik lain hari ini adalah: piknik di taman kastil. Pohon-pohon sudah mulai berubah warna, dan udaranya nggak terlalu dingin untuk bersantai. Lapangan rumputnya juga bersih, dan ada beberapa merpati yang suka datang ke pengunjung untuk makan remah-remah.
bagian lain dari kastil - masih asli

ikinari dango: made of mashed potato and anko (bean paste). Kumamoto's original snack.

another side of the castle

batu yang konon diangkat sendirian oleh pemuda bernama Goro waktu awal-awal pendirian kastil


taman sekitar kastil (it's autumn!) dan merpati yang mendekat. :)

Sepulangnya dari Kumamoto Castle, saya dan Aisi memutuskan untuk ke downtown. Niat saya untuk beli kado ulang tahun ayah yang ulang tahun minggu lalu. Acara shopping ini diawali dengan ke Parco bagian bawah. Di sini, barangnya murah dan bagus. Yang saya dengar dari Aisi, tempat ini jadi jujukannya anak muda se-Kumamoto.
Harusnya, saya dan Aisi jadi committed shopper yang sepenuh hati berkomitmen untuk membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan diinginkan. Hasilnya? Errr... Not so committed yet. Anyway, karena bulan depan masih ada bazaar YWCA, saya tadi jadinya menelan ludah dulu dan menahan diri untuk membeli jaket. Kalau perburuan di YWCA gagal, saatnya menginvasi downtown lagi. :))

Sabtu, 20 Oktober 2012

kimono and paaaaarty!!!

Ini hari Sabtu ke-3 saya di Kumamoto. How's life? Great, as long as I can say. :)

BAGIAN 1 : KIMONO
Jadiii.. Tanggal 7 kemarin saya ikutan festival budaya yang diadakan KIF. Salah satu acaranya, pakai kimono, minum teh, bazaar, dan jalan-jalan di sekitar kastil. Kabarnya sih, gara-gara memasuki musim gugur, ada banyak festival yang diadakan se-Jepang.

Kimono. Rasanya belum afdol kalau ke Jepang tanpa nyobain baju adat yang keren ini. Tapi, di luar semua kebagusannya, pakai kimono ini ribetnya amit-amit. Mulai dari pakaian dalam yang harus diikat kencang, lapisan satu yang juga diikat kencang, sampai bagian luar. Belum lagi obi-nya. Obi ini, konon, jadi bagian paling penting yang nunjukin keahlian si penata busana. Waktu acara pasang kimono ini, mungkin ada sekitar 10 orang ibu-ibu yang masangin kimono buat orang asing. Waktu dress up-nya antara 30-60 menit. Nggak kebayang capeknya ibu-ibu itu. Dan mereka sabarnya luar biasa! Nggak pernah lepas dari senyum.

Ini mbak muti, lagi mau dipasangin obi. Masih jauh dari kata selesai.

Ini ibu yang masangin kimono saya dan mbak muti. Beliau cekatan banget.
Anyway, pakai kimono itu urusan luar biasa. Luar biasa menakjubkan yang harus dibayar dengan luar biasa nggak nyamannya. Tapi harus saya akui, kimono membuat si pemakai bergerak lebih 'ayem' dan dipaksa untuk anggun, berdiri tegak, dan bergerak dengan sopan.
Saya dan kimono warna emas. :))


Setelah pakai kimono, saya dan mbak muti jalan-jalan ke luar gedung. Kami langsung ke pojokan yang ngadain percobaan minum teh a la jepang. Yey! Awalnya, kami dikasih kue madu yang manis banget, tapi enak. Saya pikir kue itu bisa disimpan untuk dimakan nanti. Ternyata, kuenya justru harus dihabiskan dulu, baru setelah itu teh hijaunya disajikan. Banyak yang bilang teh hijau tradisional rasanya nggak enak dan pahit. Ternyata enak! Yah, masalah selera juga, sih. :) Sayang, cuma disajikan sedikit dan nggak boleh minta nambah.



Selesai minum teh, kami jalan ke sekitar kastil, tepatnya ke area warung makan dan oleh-oleh. Area ini dirancang menyerupai kampung-kampung Jepang masa lalu. Di tengah-tengah area, ada plasa dan panggung terbuka yang jadi tempat penyanyi tradisional jepang dan grup musiknya tampil.
Pemusik tradisional. Photo credit to Mas Setyo.

Waktu mau pulang dari kastil, saya dan teman-teman papasan dengan geisha. Saya melipir karena para geisha ini benar-benar anggun. :') Eh, tiba-tiba ada pelayan toko yang nawarin buat ngambilin foto saya dan teman-teman sama geisha-geisha cantik. Keliatan banget bedanya.


Kalau ada kesempatan pakai kimono lagi, saya bakal ikutan!!
With Kumamon!!!



BAGIAN 2: PARTY!!

Salah satu yang sering saya dengar tentang orang Jepang: they work hard, and play harder. Oke, kita bahas tentang work hard-nya dulu.

Apa yang saya pelajari selama hampir tiga minggu di sini bukan lagi soal seberapa tepat waktunya orang Jepang. Itu sudah bukan rahasia. Yang lebih penting untuk diamati adalah komitmen mereka tentang sebuah pekerjaan. Jadi begini, selama program exchange ini, saya akan selalu kerja di lab. Begitu juga dengan teman-teman mahasiswa S1 tahun terakhir, S2 (mulai tahun pertama), dan S3. Memang nggak ada aturan yang pasti mengenai jam masuk atau kewajiban untuk hadir di lab. Tapi yang jelas, begitu mereka ada di lab, jarang sekali mereka melakukan hal-hal di luar pekerjaan mereka. Beda dengan syaa yang masih sering curi-curi waktu untuk main game, FB, atau Twitter. Cuma waktu istirahat mereka mulai bersantai. Setelah itu? Back to business, baby! Saya hampir nggak pernah melihat mereka bawa-bawa laptop dari rumah atau waktu pulang, yang artinya: semua pekerjaan mereka selesaikan di kampus. Cerdas! Mereka mengoptimalkan waktu bekerja di lab supaya tidak perlu membawa pekerjaan ke rumah. Ini yang belum bisa saya tiru.

Oke, itu secuplik tentang work hard. Semoga lain waktu saya ingat untuk membahas lebih dalam tentang ini lagi.

Play harder! Ini baru saya alami hari ini. Hari Sabtu, kampus sebenarnya libur. Tapi kebetulan lab Mizokami-sensei sedang punya acara. Joint seminar dengan Yokohama National University. Saya dan satu teman lab dari Indonesia diminta untuk datang. Untungnya ada 3 presentasi dalam bahasa Inggris, jadi saya nggak terlalu parah begonya.

Setelah seminar, sensei mengundang semua orang untuk makan-makan dan minum-minum di restoran kecil langganannya di dekat kampus. Ini acara ramah-tamah dengan kolega dari YNU sekaligus welcome party untuk dua international student yang baru bergabung dengan lab (saya dan mas dayat). Seperti yang saya lihat di komik-komik, orang Jepang selalu memulai pesta dengan "kanpai!!!" atau yang lebih familiar disebut dengan toast. Yang di-toast? Bir! Tapi saya dan Mas Dayat cuma minum Cola. :)

Setelah kanpai dan sambutan, masuk ke acara makan. Ini di-skip aja karena saya nggak banyak makan. Cuma sashimi (pertama kalinya) dan pizza tomat. Poin pentingnya adalah, mereka benar-benar suka berkumpul (kalau nggak mau dibilang berpesta), dan minum! Banyak yang mukanya sudah berwarna merah karena terlalu banyak minum, masih melanjutkan minum bir atau wine sampai yang mereka pesan habis. Tapi itupun mereka belum mabuk.

Di tengah-tengah acara, saya ngobrol dengan sensei. Tentang makanan, yang berujung pada: wasabi. Karena saya bilang saya belum pernah makan wasabi, beliau dengan baik hatinya minta wasabi sama pemilik restoran, dan menyuruh saya ngincipin.
Makasih banyak, Sensei! In any means. :'D
Idung saya rasanya mau lepas, tapi saya senang karena sensei super baik!

Di pesta ini, saya benar-benar melihat seberapa senangnya orang Jepang berkumpul. They really have a good time, and they want everyone in their party have a good time, too. Caranya? Memastikan semua orang pulang dengan perut yang kenyang dan hati yang senang.


Pulang dari welcome party, saya dan kawan-kawan lab pulang ke kampus, jalan kaki, sambil ngobrol. Mereka ternyata baik-baik. Anyway, semoga setelah ini jadi lebih akrab. Amin!

The boys!!

Minggu, 07 Oktober 2012

JAPAN!! Week 1: It's Set!

Life is unexpected in many ways.


Waktu kecil, saya setiap hari Minggu nonton Doraemon cuma buat bela-belain membayangkan kehidupan di Jepang. Beberapa belas tahun kemudian, saya benar-benar menginjakkan kaki saya di tanah Doraemon. Saya cuma bisa bilang: kakimu boleh menginjak tanah, tapi mimpimu harus luas dan tinggi menembus langit. :D

Saya ke Jepang sebagai peserta penerima beasiswa JASSO Scholarship di Kumamoto University. Yak! Saya tinggal di Kumamoto, daerah Kyushu, selama tiga bulan ke depan.

Kedatangan di Kumamoto ini bukan jalan singkat yang lurus, dalam segala maksud. Persiapan-persiapan administratif, pertimbangan ini-itu, persiapan fisik, mental, dan sebagainya juga sudah cukup menguras banyak hal. Untuk ikut program ini, saya harus cuti satu semester dan menunda keinginan-keinginan yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Yes, you lose some when you get some. Nggak boleh serakah. Jadi, "lose some - get some" ini nggak jadi masalah besar.

Persiapan sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, begitu saya menerima pengumuman. Pengurusan cuti kuliah, visa, surat-surat, dan lain-lain sempat membuat saya stres. Untungnya, saya nggak sendirian. Ada beberapa teman yang juga diterima. Jadi, hampir semuanya kami urus berbarengan.

Perjalanan ke Kumamoto yang saya dan teman-teman saya pilih adalah perjalanan murah. Maklum, untuk tiket PP masih ditanggung biaya sendiri. Jalur yang kami pilih adalah Surabaya-KL-Osaka-Fukuoka-Kumamoto, yang harusnya bisa diselesaikan dalam waktu 22 jam. Tapi karena delay dari KL ke Osaka, semua rencana berantakan dan harus menyusun ulang siasat. Akhirnya, kami berhasil tiba di Kumamoto setelah 29 jam. Inilah pentingnya rencana yang matang. Harus ada alternatif-alternatif yang dibayangkan supaya nggak kelabakan ketika salah satu rencana nyaris gagal dan mengganggu yang lainnya. Ah iya, karena berantakannya rencana awal ini, kami juga jadi harus merepotkan keluarga PPIJ Kumamoto. (mohon maaf, senpai-senpai).

Pandangan pertama di Kumamoto? Kota kecil. Jangan bayangkan Tokyo yang sering kita lihat di televisi yang sibuknya setengah mati dan orang nyaris "kekurangan" waktu. Di sini, kehidupan berjalan seperti yang saya lihat di kartun Doraemon dulu. Ada suara gagak waktu sore (walaupun di sini gagak berkoak 24 jam), ada rumah-rumah berhalaman mirip rumahnya Shin-chan, dan semua orang menikmati setiap peran dan pekerjaannya. Yang belum saya temukan cuma toko buku kecil yang ada kakek-kakek membawa kemoceng dan marah-marah setiap kali Nobita membaca buku gratis di tokonya.

Hari pertama kedatangan, setelah perjalanan yang melelahkan, saya memaksa diri untuk berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Jarak asrama ke kampus sekitar 1.6 km, dengan jarak tempuh normal 20-30 menit dengan berjalan kaki, atau sekitar 5-10 menit dengan sepeda (bukan pilihan buat saya yang nggak bisa naik sepeda), atau 5 menit dengan bus lokal dengan waktu tunggu antara 5-8 menit di hari kerja.

Untuk mendampingi saya selama di Jepang, kampus menunjuk satu orang sebagai tutor saya. Tutor saya bernama Zou, mahasiswi S3 tahun ketiga dari Cina. Zou orang yang baik dan cekatan. Hari pertama, di membawa saya bertemu profesor yang menjadi supervisor saya, mengunjungi lab, dan membawa saya ke balai kota untuk pengurusan ijin tinggal. Hari kedua, dia membawa saya ke bank untuk membuka rekening dan mengurus beberapa pembayaran. Di hari kedua juga kami mencari alternatif ponsel untuk saya pakai selama di Jepang. Urusan ponsel ini cukup rumit. Ujung-ujungnya, saya harus menunggu kabar sekitar 10-14 hari untuk mendapatkan sebuah ponsel prabayar.

Setelah urusan-urusan ini beres, saatnya untuk sedikit bersenang-senang. Tanggal 6 Oktober kemarin, organisasi yang bernama YWCA mengadakan bazaar barang murah. Harganya juga benar-benar murah! Untuk jaket yang masih dalam kondisi sangat bagus, mereka menjual dengan harga JPY 50 alias IDR 6,250. Sepatu, ada yang digratiskan. Banyak juga barang yang boleh diambil sesukanya. Dengan ini, resmi sudah bazaar YWCA menjadi acara yang palng disukai pendatang di Kumamoto, terutama mahasiswa. Acara ini berlangsung tiap minggu pertama setiap bulan. Bulan depan, sepertinya saya akan berburu baju musim dingin.

Malamnya, saya dan teman-teman pergi ke festival lentera di sekitar Kumamoto Castle. Sangat menyenangkan melihat begitu kreatifnya orang Jepang untuk memanfaatkan ruang-ruang mereka. Untuk tiba di sini, kami memberanikan diri untuk jalan kaki sekitar 6 km. Hasilnya? Kaki gempor.

Tanggal 7 Oktober ini, ada festival yang diadakan oleh KIF untuk orang asing di Kumamoto. Acaranya? Pakai kimono dan minum teh. Ini akan saya ceritakan terpisah. Yang jelas, seharian ini saya benar-benar senang. Terbayar sudah perjalanan 29 jam.

So, folks! Here come my stories in Japan!