Minggu, 13 Januari 2013

Kumamoto week 5: Writers Picnic

Kumamoto ternyata pernah jadi persinggahan beberapa penulis besar. Salah satunya, Yakumo Koizumi atau yang lebih dikenal sebagai Lafcadio Hearn, penulis Kwaidan : Stories and Studies of Strange Things. Yap. Ini buku tentang cerita-cerita horor Jepang. Saya pernah membaca buku ini dan menonton filmnya. Merinding.

Yuki-onna. Salah satu legenda rakyat yang diceritakan ulang oleh Hearn.

Nah, tahun 1891, Hearn menjadi guru Bahasa Inggris di Fifth Higher Middle School Kumamoto. Beliau mengajar di sini selama tiga tahun. Rumahnya berjarak sekitar 5 km dari tempat dia bekerja. Lokasinya saat ini berada di salah satu gang di sisi kiri Shimotori. Rumah Hearn memiliki halaman yang cukup luas, dan rumah tinggalnya sendiri berukuran sedang. Saat ini, ruang-ruang utama rumahnya dimanfaatkan sebagai ruang pajang yang menampilkan sejarah kehidupannya, cerita bagaimana Hearn mendapatkan nama keluarga Koizumi (ceritanya cukup panjang, dan saya nggak terlalu paham).
 
Di depan Rumah Hearn.
Ruang-ruang di rumah yang dijadikan ruang pajang.

Di salah satu ruang, pengunjung bisa duduk dan membaca beberapa buku karya Hearn. Ada beberapa buku anak-anak dan banyak novel berhuruf Kanji yang nggak mungkin saya baca. Ruang baca ini sangat nyaman karena berbatasan langsung dengan halaman belakang rumah.

Atas: ruang baca di rumah Hearn. Bawah: teras antara rumah dengan halaman belakang.

Penulis lain yang sempat berdiam di Kumamoto adalah  Natsume Sōseki. Karyanya yang paling familiar untuk saya adalah Botchan. Soseki juga terkenal sebagai salah satu penyair haiku di Jepang. Sama seperti Hearn, beliau juga mengajar di Fifth Higher Middle School Kumamoto. Beliau mengajar di sana sejak tahun 1896.


Cerita tentang Soseki beserta istri dan anak-anaknya.

Ruang keluarga

Wind chime! :)

Lokasi rumah Soseki agak lebih sulit untuk dijelaskan daripada rumah Hearn. Yang pasti, rumah beliau berada di lokasi yang lebih sepi, meskipun tidak terlalu jauh dari rumah Hearn. Sekitar 10 menit jalan kaki. Nah, enaknya, waktu di rumah Hearn, pengurus di sana nggak segan-segan untuk memberi pengunjungnya peta menuju rumah Soseki. Sepertinya sudah kebiasaan, kalau berkunjung ke rumah Hearn, belum lengkap kalau tidak ke rumah Soseki.

Di rumah ini, ada ruang yang memajang patung beliau yang sedang menulis sambil didamping kucingnya. Konon, kucing ini menjadi bahan tulisan beliau dalam bukunya "I am a Cat" (吾輩は猫である - Wagahai ha Neko de aru).
Soseki dan kucingnya di ruang kerja


Selain pajangan ini, di berbagai sudut juga ada etalase yang memamerkan karya-karya Soseki. Karya-karya beliau sebagian besar merupakan pengalaman hidupnya sendiri, yang juga melibatkan orang-orang di sekitarnya. Misalnya, Botchan yang menggambarkan masa-masa awal beliau menjadi seorang pengajar.
salah satu pajangan karya Natsume Soseki
Selesai melihat-lihat ruangan dalam, saya dan teman-teman bermain-main di halan belakang rumah Soseki yang ternyata cukup luas. Taman ini, seperti di rumah Hearn, berhubungan langsung dengan ruang kerja Soseki.

halaman belakang rumah Soseki.
Perjalanan hari itu sebenarnya ditutup dengan piknik kecil di lapangan besar di samping Kumamoto Castle. Pikniknya bertepatan dengan awal musim gugur, waktu pohon-pohon mulai merah. Setelah makan dan foto-foto, beberapa dari anggota piknik memutuskan pulang atau pergi ke tempat lain. Tinggal saya, mbak Muti, dan Mas Setyo yang masih belum punya rencana. Awalnya, kami berencana pergi ke Tatsudayama dan rumah Riddell & Wright. Tapi karena hujan, rencana Tatsudayama dilaksanakan di lain hari dan kami memaksakan diri untuk tetap ke rumah Riddell & Wright.

Lokasi rumah Riddell & Wright tidak jauh dari kampus utara Kumadai. Sekitar 200 meter dari Tatsuda Shizen-koen Iriguchi mae (halte pintu masuk Taman Nasional Tatsudayama) dengan jalan yang agak menanjak. Rumah ini merupakan museum untuk mengenang jasa dua sukarelawan sekaligus misionaris, Hannah Riddell dan Ada Wright di masa-masa berkembangnya wabah penyakit Hansen.


museum Riddell & Wright. Atas: bergaya di ruang pajang. Bawah: bergaya di depan bangunan.
Kedua foto milik Mas Setyo


Sayangnya, meskipun cerita yang banyak digambarkan dalam museum ini cukup menarik dan dalam Bahasa Inggris, tidak banyak yang bisa dilihat. Sebagian besar benda yang dipamerkan adalah tinggalan-tinggalan milik Riddell dan Wright. Ditambah lagi, waktu saya dan teman-teman ke sana, tidak ada guide atau orang yang bisa ditanyai. Jadilah, saya hanya mengambil beberapa brosur gratis yang ada di sana.


(Blog ini ditulis pada 6 November 2012, dipublikasikan pada 13 Januari 2013)