Minggu, 02 Juni 2013

no one ever tell me

no one ever tell me


it could be so difficult.

to say,
to write,
to see,
to listen.

to cry,
to smile,
to forget,
to forgive,
to understand,
to think.

to believe

that it's gonna be for good.




with you.

Senin, 22 April 2013

behind every man, there should be a friend.

saya berharap saya akan pernah jadi seorang sahabat untuk setidaknya satu manusia yang akan selalu membanggakan saya, menganggap saya berarti.

it is not about love. it's deeper.

beberapa bulan yang lalu, di kereta menuju Pekalongan, saya duduk di sebelah mbak-mbak, namanya mbak Dini. kesan pertama saya, si mbak ini keren. dia traveler, dan nggak masalah untuk jadi solo traveler. waktu itu mbak Dini mau ke Semarang, kota yang notabene belum pernah dia kunjungi.

kereta adalah salah satu tempat terbaik untuk ketemu sama orang-orang, ngobrol, berbagi, dan sebagainya. kalo lagi beruntung, kita bakal dapet cerita-cerita dan inspirasi yang luar biasa. sambil perjalanan saya ngobrol banyak sama mbak Dini. salah satunya tentang sahabat yang bener-bener dia sayang. sahabat cowok. namanya Ben. waktu itu, mbak Dini cerita kalo mas Ben ini lagi sakit, dan dia akan ngunjungi sahabatnya bulan Juli nanti. dari cerita-ceritanya, saya yakin banget kalo mbak Dini ini bener-bener sayang sama mas Ben. bangga sama dia. kagum sama dia. waktu mas Ben sakit, mbak Dini sering kasih semangat, biarpun cuma sekedar sapaan "selamat pagi" atau "semangat, ya."

oke. logikanya gini, kalo kita ketemu orang, acak, sebesar apa kemungkinan kita bakal nyeritain tentang sahabat kita, unless kita bener-bener terinspirasi dan bangga sama dia?

saya benar-benar iri sama Mas Ben. saya iri karena dia bisa menjadi berarti buat orang lain. terlebih lagi, dia punya sahabat yang sayang sama dia.
saya juga kagum sama mbak Dini. bisa sayang banget sama sahabatnya, dan selalu ingat sama sahabatnya.

barusan saya dapet kabar di FB kalo mas Ben sudah berpulang.


dear Mas Ben, have a great journey. you must've been so happy to know that you'll always be remembered here on earth.

Sabtu, 23 Februari 2013

hidup saya

Yang punya nyawa memang bukan saya, itu punya Tuhan saya. Tapi, yang menjalani hidup yang dikasih oleh Beliau, itu saya kan? Saya punya standar-standar dan target-target yang saya pasang sendiri. Orang-orang nggak boleh ngasih tau saya apa yang harus saya lakukan, apalagi menetapkan standar hidup untuk saya, mengatur target saya, atau menyuruh saya untuk ikut-ikutan kemauannya orang.

Keputusan-keputusan kecil yang mungkin mempengaruhi hidup saya pribadi, harus saya yang ambil. Apalagi keputusan besar yang mungkin bakal mempengaruhi hidup saya sampai akhir hayat. Mungkin saya terlihat egois, tapi saya nggak mau menyesal di kemudian hari karena keputusan orang lain, kemudian cuma bisa menyalahkan diri sendiri.

Minggu, 13 Januari 2013

Kumamoto week 5: Writers Picnic

Kumamoto ternyata pernah jadi persinggahan beberapa penulis besar. Salah satunya, Yakumo Koizumi atau yang lebih dikenal sebagai Lafcadio Hearn, penulis Kwaidan : Stories and Studies of Strange Things. Yap. Ini buku tentang cerita-cerita horor Jepang. Saya pernah membaca buku ini dan menonton filmnya. Merinding.

Yuki-onna. Salah satu legenda rakyat yang diceritakan ulang oleh Hearn.

Nah, tahun 1891, Hearn menjadi guru Bahasa Inggris di Fifth Higher Middle School Kumamoto. Beliau mengajar di sini selama tiga tahun. Rumahnya berjarak sekitar 5 km dari tempat dia bekerja. Lokasinya saat ini berada di salah satu gang di sisi kiri Shimotori. Rumah Hearn memiliki halaman yang cukup luas, dan rumah tinggalnya sendiri berukuran sedang. Saat ini, ruang-ruang utama rumahnya dimanfaatkan sebagai ruang pajang yang menampilkan sejarah kehidupannya, cerita bagaimana Hearn mendapatkan nama keluarga Koizumi (ceritanya cukup panjang, dan saya nggak terlalu paham).
 
Di depan Rumah Hearn.
Ruang-ruang di rumah yang dijadikan ruang pajang.

Di salah satu ruang, pengunjung bisa duduk dan membaca beberapa buku karya Hearn. Ada beberapa buku anak-anak dan banyak novel berhuruf Kanji yang nggak mungkin saya baca. Ruang baca ini sangat nyaman karena berbatasan langsung dengan halaman belakang rumah.

Atas: ruang baca di rumah Hearn. Bawah: teras antara rumah dengan halaman belakang.

Penulis lain yang sempat berdiam di Kumamoto adalah  Natsume Sōseki. Karyanya yang paling familiar untuk saya adalah Botchan. Soseki juga terkenal sebagai salah satu penyair haiku di Jepang. Sama seperti Hearn, beliau juga mengajar di Fifth Higher Middle School Kumamoto. Beliau mengajar di sana sejak tahun 1896.


Cerita tentang Soseki beserta istri dan anak-anaknya.

Ruang keluarga

Wind chime! :)

Lokasi rumah Soseki agak lebih sulit untuk dijelaskan daripada rumah Hearn. Yang pasti, rumah beliau berada di lokasi yang lebih sepi, meskipun tidak terlalu jauh dari rumah Hearn. Sekitar 10 menit jalan kaki. Nah, enaknya, waktu di rumah Hearn, pengurus di sana nggak segan-segan untuk memberi pengunjungnya peta menuju rumah Soseki. Sepertinya sudah kebiasaan, kalau berkunjung ke rumah Hearn, belum lengkap kalau tidak ke rumah Soseki.

Di rumah ini, ada ruang yang memajang patung beliau yang sedang menulis sambil didamping kucingnya. Konon, kucing ini menjadi bahan tulisan beliau dalam bukunya "I am a Cat" (吾輩は猫である - Wagahai ha Neko de aru).
Soseki dan kucingnya di ruang kerja


Selain pajangan ini, di berbagai sudut juga ada etalase yang memamerkan karya-karya Soseki. Karya-karya beliau sebagian besar merupakan pengalaman hidupnya sendiri, yang juga melibatkan orang-orang di sekitarnya. Misalnya, Botchan yang menggambarkan masa-masa awal beliau menjadi seorang pengajar.
salah satu pajangan karya Natsume Soseki
Selesai melihat-lihat ruangan dalam, saya dan teman-teman bermain-main di halan belakang rumah Soseki yang ternyata cukup luas. Taman ini, seperti di rumah Hearn, berhubungan langsung dengan ruang kerja Soseki.

halaman belakang rumah Soseki.
Perjalanan hari itu sebenarnya ditutup dengan piknik kecil di lapangan besar di samping Kumamoto Castle. Pikniknya bertepatan dengan awal musim gugur, waktu pohon-pohon mulai merah. Setelah makan dan foto-foto, beberapa dari anggota piknik memutuskan pulang atau pergi ke tempat lain. Tinggal saya, mbak Muti, dan Mas Setyo yang masih belum punya rencana. Awalnya, kami berencana pergi ke Tatsudayama dan rumah Riddell & Wright. Tapi karena hujan, rencana Tatsudayama dilaksanakan di lain hari dan kami memaksakan diri untuk tetap ke rumah Riddell & Wright.

Lokasi rumah Riddell & Wright tidak jauh dari kampus utara Kumadai. Sekitar 200 meter dari Tatsuda Shizen-koen Iriguchi mae (halte pintu masuk Taman Nasional Tatsudayama) dengan jalan yang agak menanjak. Rumah ini merupakan museum untuk mengenang jasa dua sukarelawan sekaligus misionaris, Hannah Riddell dan Ada Wright di masa-masa berkembangnya wabah penyakit Hansen.


museum Riddell & Wright. Atas: bergaya di ruang pajang. Bawah: bergaya di depan bangunan.
Kedua foto milik Mas Setyo


Sayangnya, meskipun cerita yang banyak digambarkan dalam museum ini cukup menarik dan dalam Bahasa Inggris, tidak banyak yang bisa dilihat. Sebagian besar benda yang dipamerkan adalah tinggalan-tinggalan milik Riddell dan Wright. Ditambah lagi, waktu saya dan teman-teman ke sana, tidak ada guide atau orang yang bisa ditanyai. Jadilah, saya hanya mengambil beberapa brosur gratis yang ada di sana.


(Blog ini ditulis pada 6 November 2012, dipublikasikan pada 13 Januari 2013)

Sabtu, 17 November 2012

twenty three

wondering what I have done, what I haven't done yet.
wondering what I did, what I didn't.
wondering what I will do, what I should do.

many things that were once just dreams, they did come true. and for that, I thank Allah for everything.

here I am, still wondering. what have I given? for every single day, did I waste it?

in the end, I wish 23 isn't just a number.

Minggu, 04 November 2012

walking around the city: Wakuwaku-za

Tepat satu bulan sudah saya di Kumamoto. Daaaaan... Baru hari ini sempat jalan-jalan keliling kota. (dalam arti sebenarnya). Buat saya pribadi, saya merasa belum kenal sama kota yang saya tinggali sampai saya bisa tersesat di dalamnya. But finally, it happened! Yayy..!!

Edisi jalan-jalan akhir minggu kali ini dimulai dari hari Jumat. Kenapa Jumat? Karena Kumadai ulang tahun, dan ada festival tahunan. Kuliah dan kegiatan kampus diliburkan. Jadi selama libur panjang ini saya dan teman-teman seperjuangan memutuskan untuk keliling kota. Museum, rumah lama, kampung, dan semacamnya.

Jumat (2/11) pagi kami memutuskan untuk ke bazaar dulu. Sekalian bantu-bantu di stand dagangan PPIJ. Menu yang dijual waktu bazaar ini: nasi goreng, gado-gado, paket putu ayu dan dadar gulung. Waktu pagi masih sepi, tapi menjelang jam makan siang, semua kelabakan karena dagangannya laris manis. Salut untuk para senpai. :)


Setelah sholat dzuhur barulah saya, Aisi, Mas Setyo, dan Mbak Muti mulai jalan-jalan. Karena mulainya sekitar jam setengah 3, target hari itu cuma satu tempat: Sakura-no-baba Johsaien. Sakura-no-baba Johsaien ini masih termasuk dalam kompleks kastil. Satu area ini isinya toko-toko makanan dan oleh-oleh, tempat saya foto waktu pakai kimono dulu. Di sini juga ada satu bangunan yang namanya Wakuwaku-za. Bangunan ini yang jadi tujuan utama kami.

Wakuwaku-za adalah bangunan yang dibuat dengan tujuan menceritakan Kumamoto Castle dan cerita-cerita awal berdirinya Kumamoto. Terdengar seperti museum, kan? Nah, sebenarnya Wakuwaku-za ini menurut saya bukan museum, melainkan galeri audio visual yang tujuannya mengedukasi.

Di lantai 1, ditampilkan banyak diorama tentang kedatangan Kato Kiyomasa ke Kumamoto, tentang pembangunan kastil, dan cerita-cerita lainnya. Diorama ini unik karena tampilannya seperti buku pop up, tapi digerakkan otomatis. Di depan setiap diorama ada layar yang menuliskan terjemahan berbahasa Inggris, Cina, dan Korea.

salah satu diorama. ceritanya tentang pendirian kastil.

Selain diorama, di lantai ini juga ada peta super interaktif yang menunjukkan peta lama Kumamoto dan perbandingannya dengan yang sekarang. Kenapa super interaktif? Karena peta ini benar-benar membuat pengunjung penasaran. Petanya sendiri diproyeksikan ke lantai. Dengan satu teknologi tertentu yang saya nggak paham, setiap ada pengunjung yang menginjak satu bagian proyeksi itu, peta awal yang menunjukkan keadaan sekarang akan berubah menjadi peta lama. Kemudian muncul ikon-ikon yang kalau diinjak, akan membawa pengunjung ke peta yang lain. Mau tidak mau, kita harus mengamati, kan?


perhatikan bagian peta yang diinjak! :)

Di sini juga banyak pajangan menarik. Menarik di sini berarti, pajangan tersebut boleh difoto atau dijadikan properti berfoto. Seperti pajangan kuda yang boleh dinaiki, tandu, baju samurai, dsb. Ada juga satu spot dimana pengunjung bisa mencoba kimono sambil memegang pedang.

pajangan tandu yang bisa dijahili.

pajangan miniatur yang detilnya amit-amit luar biasa

Lantai 2 Wakuwaku-za adalah teater bundar yang dipakai untuk menampilkan drama singkat mengenai cuplikan-cuplikan sejarah di Kumamoto. Drama ini juga menarik karena menggabungkan animasi dengan pemeran asli (manusia). Waktu saya ke sini, drama yang ditampilkan bercerita tentang dua tokoh penting Kumamoto: Miyamoto Musashi dan Shigekata Hosokawa. Jalan cerita dibuat unik dan mudah dipahami.

kiri: "Miyamoto Musashi", kanan: "Shigekata Hosokawa"

Kalau boleh saya nilai, Wakuwaku-za ini sarana edukasi paling menyenangkan yang pernah saya datangi. Saya mau main ke sini lagi kalau ada waktu. Untuk menutup perjalanan hari itu, saya dan teman-teman memutuskan untuk makan es krim teh hijau. Yum!

es krim teh hijau. pahitnya bikin keagihan.


Info singkat tentang Wakuwaku-za:
Opening hour : 08.30-18.30 , November-Maret 08.30-17.30
Ticket           : JPY 300 (adult), JPY 100 (child), free (welcome passport holders)

ke Kumamoto Zoo naik tram

Hari minggu lalu (28/10) saya, Aisi, dan Mbak Muti nekat-nekatan main ke kebun binatang dan botanical garden-nya Kumamoto. Nekat karena kami bertiga berangkat nggak tanya-tanya sama siapapun. Cuma berbekal niat dan peta tram yang didapat dari Kumamoto Castle.

peta tram dari Kumamoto Castle. biasanya ada di dalam tram juga.
Naik bis dari tram stop no.11 di Torichosuji, kami berhenti di tram stop no.24. Untungnya,  biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan tram, jarak jauh atau dekat, flat JPY 150 untuk orang dewasa, dan JPY 80 untuk anak-anak. Dari Torichosuji ke Zoo and Botanical Gardens Entrance memakan waktu sekitar 15 menit. Tram di Kumamoto melayani kawasan yang nggak disentuh oleh bis kota, terutama melewati jalan-jalan besar yang menghubingkan pusat kota ke daerah pinggir (suburban).

Nah, karena naik tram, saya dan teman-teman nggak berhenti tepat di depannya kebun binatang. Awalnya sempat bingung dan takut nyasar. Tapi karena udah kadung nekat (dan kerena udah keluar 150 buat tram), kami tetap jalan. Sekitar 500 meter dari pemberhentian tram tadi, baru keliatan gerbang utama si kebun binatang.

jalan dari tram stop ke gerbang masuk
jalan sebenarnya ke kebun binatang
entrance gate! akhirnyaaa..

Kebun binatang Kumamoto ini itungannya mediocre untuk kelas kebun binatang. Koleksinya nggak terlalu banyak. Tapi, meskipun hewan-hewannya terbatas, mereka semua sehat-sehat dan terawat. Tamannya juga bersih, luas, dan banyak tempat untuk istirahat. Bener-bener tempat yang oke buat jalan-jalan sama keluarga, apalagi kalau punya anak kecil. Waktu saya ke sini, sepertinya salah satu hewan (beruang kutub) barusan mati. Di depan kandangnya ditaruh meja persembahan, dan anak-anak yang datang ke sana begitu membaca pengumuman kematian si beruang, langsung doa dan naruh permen atau buah di meja persembahan itu. Manis banget kan?

meja persembahan untuk si beruang kutub. :')
Seperti yang saya tulis barusan, kebun binatang ini punya banyak tempat istirahat. Sebagian besar bagian taman yang nggak dipakai untuk kandang hewan dirancang menjadi Japanese garden. Cantik. Apalagi, di bulan Oktober ini, musim gugur dimulai (dan akan segera berakhir). Pohon-pohonnya mulai berubah warna jadi merah dan kuning.





taman-taman yang ada di dalam Kumamoto Zoo and Botanical Gardens.

Di satu bagian kebun binatang ada sepetak tanah yang dibuat jadi padang bunga. Yang ditanam di petak ini selalu berganti sesuai musim. Kemarin, yang tumbuh disana bunga kosmos warna pink. Di sekitar petak ini ada gazebo yang melambangkan persahabatan Jepang dengan Cina. Di belakang gazebo ada taman kecil dengan air mengalir (bukan sungai), dan di sini saya dan teman-teman makan siang.

petak bunga yang diisi kosmos.
flower bed lain yang ada di sekitar taman
Ada satu bangunan di kebun binatang yang dibuat jadi museum. Bukan museum yang kelas berat, tapi cukup informatif untuk edukasi awal anak-anak tentang dunia binatang. Di museum ini juga ada satu spot yang isinya kartun kesukaan saya: Sersan Keroro (Keroro Gunshou). Di spot ini ada meja gambar, kertas yang siap diwarnai, dan area pajang. Sepertinya, beberapa bulan yang lalu mangaka-nya Keroro Gunshou jalan-jalan ke sini.

yaaayyy...!!!
Selesai main-main sama Keroro dkk., kami melanjutkan jalan ke kandang jerapah dan gajah. Jerapahnya luar biasa tinggi dan besar. Sehat! Gajahnya juga. Meskipun saya merasa agak kasihan karena sepertinya kandang yang dibuat agak kekecilan untuk dua ekor gajah.

jerapah yang gede banget. sehat!

dua gajah ini kerjaannya mondar-mandir.
Secara keseluruhan, kebun binatang ini bagus. Tapi kalau kesana lagi, saya agak pikir-pikir, karena jauh dan biaya masuknya lumayan mahal, JPY 400. Yang paling saya sukai dari kebun binatang ini adalah taman-taman di dalamnya yang membuat orang nyaman untuk berlama-lama di sana. Tempat ini juga saya nilai ramah untuk anak-anak dan orang lanjut usia. :)

daun ginkgo yang mulai berubah warna. welcome autumn!